Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kudus menyelenggarakan Seminar Tenaga Kependidikan Katolik dengan tema The Art of Educating diikuti sebanyak 80 guru yang beragama Katolik dari unsur TK, SD,SMP, SMA/SMK pada tanggal 12 September 2015 bertempat di SD Cahaya Nor Kudus .
Dalam laporan panitia yang disampaikan oleh Gara Bimas Katolik Yosep Elia Triwinanto, S.Ag menyampaikan bahwa seminar ini sangat penting karena memberi arti yang dalam kepada para pendidik katolik di Kabupaten Kudus.Hal ini dapat kita lihat bahwa seminar merupakan ajang profesionalisme para pendidik Katolik dalam menunaikan tugas mulia.Dan dengan senantiasa melihat, ,merenungi situasi saat ini mari kita wujudkan kebersamaan ,meningkatkan iman untuk menghadapi perubahan dalam dunia pendidikan.Semoga seminar ini didapatkan hasil yang tepat guna ,dan peningkatan karya serta dedikasi yang berimankan Katolik dengan kasih tuhan.
Sementara itu sambutan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kudus, Drs. H. Hambali, MM mengatakan profesionalisme guru berkorelasi dengan kualitas produk pendidikan.Guru yang profesional menjadikan pendidikan atau proses pembelajaran yang berkualitas ,sehingga peserta didik pun senang mengikuti proses pembelajaran tersebut .Provesionalisme guru merupakan bidang kusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip prinsip yaitu: Memiliki bakat minat panggilan jiwa dan idealisme, memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan seseai dengan bidangnya , dan memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugasnya. Sedangkan kompetensi yang harus dimiliki seorang guru katolik meliputi 4 kategori yaitu : Kompetensi Padegogik , kompetensi kepribadian ,kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
Kompetensi pedagogik. Adalah kemampuan guru untuk mengelola proses belajar mengajar ,termasuk didalamnya perencanaan dan pelaksanaan ,evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik .
Kompetensi kepribadian . Adalah mengkaji dedikasi dan loyalitas guru.Mereka harus tegar ,dewasa,bijak,tegas,dapat menjadi contoh bagi para peserta didik dan memiliki kepribadian yang mulia.
Kompetensi Profesional.Adalah kemampuan guru untuk menguasai materi pembelajaran .Guru harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai subyek yang dilakukan ,mampu mengikuti kode etik profesional serta dapat mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Kompetensi sosial . Adalah kemampuan guru untuk menjadi bagian dari masyarakat ,dapat berkomonikasi dan berinteraksi secara efektif dengan para peserta didik ,para guru , wali murid dan masyarakat.
Selanjutnya beberapa permasalahan yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran meliputi : Sikap konservatif guru, rendahnya motifasi guru untuk meningkatkan kompetensinya, guru kurang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi,
serta permasalahan di luar guru yang menyangkut sarana dan prasarana yang terbatas.
Sikap Konservatif Guru
Keinginan guru mempertahankan cara lama mengingat cara yang dipandang baru pada umumnya menuntut berbagai perubahan dalam pola pola kerja. Guru guru yang masih memiliki sikap konservatif, memandang bahwa tuntutan semacam itu merupakan tambahan beban kerja bagi dirinya.
Rendahnya Motivasi Guru untuk Meningkatkan Kompetensinya’
Motivasi untuk meningkatkan kompetensi melaksanakan tugas sebagai guru bisa muncul dari dalam diri sendiri atau motivasi yang dirangsang dari luar dirinya. Motivasi dari dalam diri (intrisik) seperti keinginan minat dan ketertarikan untuk melakukan suatu pekerjaan akan muncul jika pekerjaan yang dilakukan dirasakan mempunyai nilai intrinsik. Sedangkan motivasi dari luar dirinya (ekstrinsik) seperti ingin mendapat hadiah atau penghargaan.
Guru kurang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
Perkembangan tehnologi informasi dan komonikasi dalam pendidikan sudah semakin pesat ,hal ini menuntut tenaga pendidik untuk mengikuti perkembangan teknologi untuk meningkatkan kinerjanya.Dengan hadirnya multi media pembelajaran diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung lebih menarik dinamis dan selaras dengan ilmu pengetahuan yang selalu berkembang setiap saat .Tidak bisa dipungkiri masih banyak sekolah sekolah yang belum tersentuh oleh teknologi.
Permasalahan yang ada di luar diri guru yang menyangkut sarana dan prasarana yang terbatas.
Pendidikan biasanya menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, namun betapapun lengkap dan canggihnya sarana yang tersedia, tetapi jika gurunya tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan serta motivasi untuk meningkatkan kinerja lemah, maka ada kecenerungan pengadaan sarana kurang bermanfaat.
Dan dalam menangani kompleksitas permasalahan kinerja ini , maka alternatif yan mungkin dilakukan adalah dengan :
- Menumbuhkan kreatifitas baru , yaitu kemampuan menciptakan sesuatu dalam sisti pendidikan atau proses pembelajaran yang benar benar baru sehingga menghasilkan bentuk baru.
- Belajar melalui bacaan : Yaitu guru harus belajar sendiri melalui buku buku atau media masa. Cara ini mudah ,namun seringkali sulit dilaksanakan karena kurang kesadaran guru tentang pentingnya membaca.
- Membuat karya ilmiah : Guru Agama Katolik dapat mengembangkan kemampuan professionalnya melalui forum sejawat dengan berkumpul yang bertujuan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran serta kompetensi guru.
Hadir sebagai narasumber adalah Br.Yustinus Triyono dari Semarang mengatakan Semangat Kompetensi yang luar biasa bisa menjadikan pendidikan lebih maju, karena dengan kompetensi kita bisa menyelesaikan masalah sendiri dan masalah orang lain. Dalam mengajar seorang guru harus memiliki 4 Kompetensi yaitu Pedagogis, Kepribadian, Profesional, dan sosial. Dalam kegiatan mengajar, kita membutuhkan seni dan ilmu untuk memberikan pemahaman atas bahan ajar kepada para peserta yang di didik, bisa juga dengan media tetentu.Seni dalam mengajar hanya terlihat ketika interaksi pembelajaran berlangsung. Sergiofani dalam “Buiding Community in Schools” mungkin membantu bagi pemimpin sekolah untuk memandang dari “developmental perspective “empat hal yang disampaikan yaitu bartering,building,bonding dan binding.
Bartering : Kepala sekolah dan guru tawar menawar didalamnya kepala sekolah memberi sesuatu dalam pertukaran dengan hal yang diinginkannya.
Pendekatan ini berhasil apabila kepala sekolah dan guru tidak memiliki tujuan dan ketertarikan .Building : Kepala sekolah mendukung situasi dan bantuan interpersonal yang memperbesar kebutuhan individu:prestasi ,tanggungjawab,kompeten dan harga diri. Pendekaatan ini menekankan dari ektrinsik menuju intrinsik.Bonding : Kepala sekolah dan guru mengembangkan relasi yang ingin dijalin. Mereka ingin komunitas pembelajaran..
Binding: Kepala sekolah dan guru mengikatkan diri sehingga menjadi “KAMI”. Binding ini direkomendasi sebagai sarana membangun otoritas moral.
S.Zul