Setiap orang islam yang ingin sukses baik di dunia maupun di akherat hendaknya bisa menata hidupnya .Menata hidup berarti ada proses merencanakan ,melaksanakan dan evaluasi, dengan harapan hidup ini akan mendapatkan kemajuan atau progess.
Umar bin Khottob dalam kitab ihya’ulumuddin mengatakan “ Hisablah dirimu sebelum dihisab dan ditimbang. Timbanglah amalmu sebelum engkau ditimbang. Sesungguhnya hisab atas diri sendiri itu adalah pertobatan dari segala kemaksiatan sebelum datang kematian dengan taubatan nasuha. Intiqod adalah dari kata “ NAQD “ yang berarti kritik, koreksi, meneliti atau berusaha mengkritik sendiri, demikian ceramah Bintal Agama yang disampaikan oleh H. Sya’udin, S.Ag,MA , Pengawas agama yang diikuti oleh pegawai pada tanggal 15 November 2016 bertempat di Mushola Kemenag. Lebih lanjut dikatakan bahwa amalan intiqod dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Intiqod pada diri sendiri
Menyediakan waktu untuk membaca, menghayati dan mengerti alqur’an/ hadist dengan fikiran yang tenang dan hati yang suci, kemudian berusaha mencocokkan dengan diri sendiri manakala perintah yang belum dilaksanakan dan kemudian diikhtiarkan untuk dapat dilaksanakan dan mana larangan agama yang masih dilakukan dan berusaha untuk segera dihentikan.
2. Intiqod pada sesama muslim
Perbaikan kepada diri orang lain menjadi dasar dan tujuan sesama muslim yaitu tidak dengan cara menyelidiki atau mencari cari kesalahan / aib orang lain , karena yang demikian sangat dilarang oleh agama. Tetapi dengan cara amar makruf nahi mungkar , mengajak kepada kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran.
3. Intiqod pada lembaga tempat kerja
Sistim kerja yang sudah terbangun dan telah dilaksanakan dengan baik akan membuahkan output atau produk yang baik dan maksimal. Hal ini bisa dilakukan dengan cara melakukan evaluasi diri setiap hari, melakukan evaluasi bersama teman sekerja setiap hari dan melakukan evaluasi bersama unit kerja setiap minggu.
St. Zul