Dalam perspektif antropologi Qur’ani, manusia memiliki kejiwaan yang sangat labil, lemah dan dan mudah sekali goyah (Q.S: 70;19-14) Ia mudah bersikap congkak ketika memperoleh sedikit kenikmatan dan mengeluh ketika tertimpa sedikit bencana. Sehingga tidak jarang suatu kenikmatan bukan menjadi pembuka pintu kesadaran seseorang untuk bersyukur kepada Allah , tetapi justru malah menjadikan ia congkak. Dan tidak jarang pula suatu bencana bukannya membuka pintu kesadaran seseorang untuk ingat dan kembali kepada Allah tetapi justeru malah menjadikan ia perputus asa. Demikian yang disampaikan oleh Kepala Kantor Urusan agama kecamatan Kota H. Ali Hasan, S.Ag, M.Pd.I dalam acara kegiatan rutin Bimbingan Mental Agama yang diikuti oleh pegawai bertempat di Mushola Kemenag pada tanggal 23 agustus 2016.
Lebih lanjut dikatakan peringatan dan nasehat memegang peranan penting untuk menstabilkan kembali kondisi psikologi seseorang yang terganggu oleh goncangan siklus kehidupan .karena peringatan dan nasehat tidak hanya memainkan peranan yang bersifat pengendalian, tetapi juga memainkan peranan yang bersifat dinamis. Dalam arti bahwa peringatan dan nasehat berfungsi juga dalam membangun motivasi dan optimis. Sedangkan peringatan Allah itu bisa melalui Alqur’an dan hadis qudsi. Melalui alqur’an, hampir keseluruhan isinya memuat peringatan Alqur’an sehingga Alqur’an juga disebut mau’dzab dan dzikir .Demikian juga Nabi Muhammad saw disebut sebagai “ pemberi peringatan “, ini mengisyaratkan bahwa salah satu misi agama yang utama adalah memberikan peringatan pada umat manusia dalam rangka menciptakan kondisi psicologis yang seimbang. Selain melalui alqur’an peringatan peringatan Allah disampaikan juga melalui hadis qudsi. Dalam hadis qudsi ini mempunyai pesan inti sebagai berikut :
Pertama, Allah memberi peringatan yang bersifat korektif terhadap orang orang yang telah menyatakan diri adanya kematian, alam kubur, kiamat dan pertanggungjwaban amal di akhirat nanti, tetapi mereka masih juga melakukan perbuatan yang tidak mencerminkan keyakinan tersebut.
Kedua, Allah mempertanyakan pada mereka, mengapa serakah pada pemberian Allah, tetapi kikir sekali dalam beramal.
Ketiga, Allah mengingatkan orang-orang yang tergila-gila menumpuk harta-benda, dengan tidak sadar bahwa harta-benda, yang di kumpulkan itu hanya akan dinikmati oeh ahli waris, sedangkan mereka sendiri harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah.
Dengan bahasa yang lugas pula Allah mengingatkan bahwa kebanyakan manusia jika mau sadar, sesungguhnya kita adalah masih buta hati. Setiap saat manusia menikmati karunia Allah tetapi justru dengan karunia itu malah manusia selalu berbuat durjana,
Sekalipun peringatan-peringatan itu telah disampaikan dengan bahasa yang lugas dan gaya yang komunikatif tidaklah lantas menjadi jaminan akan dapat dicerna dan membuka kesadaran baru semua orang.. Karena hal itu sangat bergantung juga pada kondisi mentalitas si penerima, apakah orang yang menerima peringatan ini memiliki hati yang keras atau tidak. Bisa saja seseorang mengerti apa maksud peringatan itu, namun hatinya tertutup untuk menerima, apalagi mengamalkan makna peringatan itu. Allah sendiri mengakui bahwasanya tidaklah mudah untuk meluruskan hati manusia. Jika Allah dengan satu nama-Nya saja sudah cukup untuk menegakkan langit tanpa tiang peyangga, tetapi dengan beribu-ribu peringatan, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an belumlah cukup untuk meluruskan hati manusia.
Semoga kita menjadi hamba yang beriman , karena kita diciptakan oleh allah tidak lain dan tidak bukan adalah untuk beribadah . Kita dididik dilatih mengakui kelemahan kita dan mengakui keagungan allah. Semoga hal ini menjadi perenungan kita semua.
St. Zul