Kudus, Bertepatan dengan tanggal 10 Muharram 1439 H, Panitia Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus dan Pemerintah Kabupaten Kudus kedatangan tamu istimewa, yakni Bapak Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah. Beliau sambangi Kabupaten Kudus untuk mengikuti Prosesi acara Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus.
Prosesi buka luwur merupakan agenda yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya, seperti tahun tahun yang lalu prosesi buka luwur diawali dengan penjamasan pusaka Sunan Kudus yang dilanjutkan dengan Pengajian Tahun Baru Hijrah yang mengandung makna merefleksi bobot keimanan dan dosa-dosa yang pernah kita lakukan selama 1 tahun yang lalu sehingga untuk kedepannya dapat kita lebur dengan lembaran lembaran yang baru yang lebih baik sesuai dengan kaidah islami.
Disamping itu juga ada tradisi unik yang selalu dinanti oleh masyarakat Kudus dan sekitarnya yaitu pembagian bubur asyuro dan nasi jangkring. Nasi jangkring adalah nasi putih yang dibungkus dengan daun jati dan berlauk daging kerbau dan kambing. Konon nasi jangkring merupakan makanan kegemaran Sunan Kudus, sehingga sebagian masyarakat rela antri untuk mendapatkannya, karena sebagian masyarakat mempercayai akan mendatangkah keberkahan.
Puncak acara buka luwur ditandai dengan penggantian luwur makan Sunan Kudus. Luwur adalah kain kelambu penutup makam Sunan Kudus.Luwur yang lama diganti dengan luwur yang baru. Dan sebelum ritual tersebut dilakukan, terlebih dahulu diawali dengan khotmil qur’an dan pengajian dan diakhiri dengan pembacaan doa oleh Habib Umar Al Munthohar, SH. dari Semarang.
Makna ritual buka luwur tidak semata sebagai peringatan wafatnya seorang wali tetapi yang terpenting adalah meneladani nilai-nilai dan perjuangan para wali dalam hidup bermasyarakat dan diimplimentasikan pada kehidupan sehari –hari kita saat ini. Serta mengingatkan kita tentang pentingnya berbagi dengan sesama, bersedekah dan saling tolong menolong dalam keberagaman dan kebhinekaan.
Sehingga memandang perlunya kita menjaga dan melestarikan tradisi tahunan ini, sebagai manisfestasi bagaimana memaknai bulan Muharram dengan bercermin pada perilaku dan tradisi keislaman Kanjeng Sunan Kudus.(Eti)